4 Apr 2016

Jakarta, Pondok Gede

Aku sedang berada di perjalanan menuju Jakarta saat aku menulis ini. Perjalanan yang lumayan menjemukan. Untuk mengisi waktu, aku mendengarkan beberapa lagu Efek Rumah Kaca. Selama beberapa menit menikmati musik, otakku berhenti untuk mengulang di lagu berjudul Putih. Lagu dengan lirik kematian ini terdapat di album mereka yang baru, Sinestesia.

Saat kematian datang
Aku berbaring dalam mobil ambulan,
Dengar, pembicaraan tentang pemakaman
Dan takdirku menjelang
Sirene berlarian bersahut-sahutan
Tegang, membuka jalan menuju Tuhan
Akhirnya aku habis juga
Saat berkunjung ke rumah,
Menengok ke kamar ke ruang tengah
Hangat, menghirup bau masakan kesukaan
Dan tahlilan dimulai
Doa bertaburan terkadang tangis terdengar
Akupun ikut tersedu sedan
Akhirnya aku usai juga
Oh, kini aku lengkap sudah..

Diatas merupakan penggalan lirik lagu itu. Kenapa aku bilang penggalan? Karena masih ada terusan dari lirik itu, dan lagunya sendiri berdurasi sekitar 9 menit.
Aku terkejap dalam lamunanku. Pikiranku kemudian mencoba mencerna lagu itu. Tokoh yang mati di lagu ini, mendapati dirinya seakan-akan mati dengan tenang. Meskipun lagu ini bertema kematian, tapi tak terasa menyeramkan. Malah lantunan musik dan suara Cholil Mahmud yang mendayu-dayu, seolah memberi kesan bahwa seperti inilah keadaan seseorang saat meninggal dengan keadaan damai.